Resume ke-       : 13

Gelombang       : 28

Hari / Tangga    : Senin, 6 Pebruari 2023

Tema                   : Kaidah Pantun

Nara Sumber     : Miftahul Hadi, S. Pd

Moderator         : Dail Ma`ruf, M. Pd


Bismillaahirrahmaanirrohiim  Assalaamulalaikum warohmatullahi wabarokaatuh. Puji syukur kita panjatkan kepada Allah swt solawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Alam Rasulullah saw yang telah membawa dari alam kegelapan menuju alam terang benderang. Semoga peserta KBMN PGRI gelombang 28 bisa dengan  lancar menjalankan tugasnya serta bisa menyelasikan resume sebanyak 30 kali pertemuan aamiin yaa robbal `alaamiin.

Pertemuan ke-13 KBMN PGRI gelombang 28 masih menggunakan media Daring Via WA Group, tepat pukul 19.00 WIB di buka oleh moderator Dail Ma`ruf, M. Pd  meyajikan materi yang tidak kalah penting yakni cara membuat “Kaidah Pantun” yang akan dipaparkan oleh nara  sumber yang handal Miftahul Hadi, S. Pd. Moderator dan nara sumber ini masih masih asuhan DR. Wijaya Kusuma (Omjay) mereka lebih dahulu ikut KBMN PGRI dan mereka sukses didunia literasi dan menjadi TSO tim solid Omjay.

Moderator membuka kelas malam tanpa batas diawali dengan membaca surat al-fatihah bagi yang beragama Islam sementara bagi non muslim dipersilahkan berdoa sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Untuk mengetahui lebih jauh siapa nara sumber mari kira berkenalan dulu pribahasa mengatakan tak kenal maka tak sayang dalam bahasa agama dikenal dengan nama ta`aruf. 

Bapak ibu ini biodata nara sumber kita, dan sekaligus materi  Kaidah membuat pantun semua ada ditautan di lnk ini :   https://anyflip.com/wiirj/cfbd/


Bapak ibu apa yang yang ada di benak bapak dan ibu tentang pantun? Silahkan di buka grounya. Diantara yang mengirimkan permintaan nara sumber adalah Pa Hasbi pantun adalah nasehat. Bu Sulistiyani menjawab susunan kata yang berakhiran a-b-ab.

 Berikutnya nara sumber menjelaskan pantun biasanya identik dengan suku bangsa Melayu. Disetiap daerah memiliki pantun hanya saja istilahnya berbeda-beda seperti di daerah Sunda pantun dikenal dengan paparikan, di Tapanuli pantun dikenal dengan ende-ende di jawa pantun disebut dengan istilah parikan (Suseno, 2006).

Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda  pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020).

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019).

Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019).

Kegunaan pantun adalah:

1.                    Untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari

2.                    Untuk pembuka dalam acara resmi / dalam pidato pembukaan.

3.                    Untuk dipakai dalam lirik lagu.

4.                    Dipakai dalam acara perkenalan.

5.                    Dipakai dalam berdakwah.

6.                    Dipakai dalam acara pembukaan ketika datang besan.

Ciri-ciri sebuah pantun adalah:

1.                  Satu bait pantun ada empat belas baris.

2.                  Satu baris idealnya empat sampai lima kata.

3.                  Satu baris pantun delapan  sampai dua belas suku kata.

4.                   Baris pertama dan kedua disebut sampiran.

5.                    Baris ketiga dan empat disebut isi.

Trik cara membuat sebuah pantun adalah:

1.                   Semakin banyak perbendaharaan kata semakin mudah membuat pantun.

2.                   Cari kata yang mempunyai akhiran sama minimal  dua huruf.

3.                    Lihat ciri-ciri pantun di atas.

4.                    Jika membuat pantun susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu.

5.                    Susun baris pertama dan kedua.

Satu hal yang harus diperhatikan oleh siapa saja yang membuat pantun jangan sekali-kali menyebut nama orang dan nama toko ini sangat riskan sekali apa lagi kalau menyebut agama.

Contoh sebuah pantun dari daerah Jawa:

          Kabeh-kabeh Gelung konde,

          Kang Endi kang Gelung Jawa,

          Kabeh-kabeh ana kang duwe,

          Kang Endi kang durung ana.

Contoh pantun dari daerah Sunda:

          Sing getol nginum jajamu,

          Ambeh jadi kuat urat,

          Sing getol neangan ilmu,

          Gunana Dunya akhirat.

Contoh gurindam:

         Jika rajin  salat sedekah,

         Allah akan tambahkan berkah.

 Contoh Rima akhir:

          Pohon Nangka dililit benalu,

          Benalu runtuhkan batu bata,

          Mari kita waspada selalu,

          Virus corona di sekitar kita

Berikut adalah tantangan dari nara sumber yakni membuat pantun asal kata dari 'MERDEKA BELAJAR

        Jalan-jalan lewat Citarum

        Bareng-bareng sama pelajar

        Jangan lupa pakai kurikulum

        Sekarang sudah merdeka belajar

Berikutnya sesi tanya jawab. Banyak sekali yang bertanya ada 15 peserta yang bertanya . dari sekian banyak alhamdulillah pertanyaan saya masuk yakni pertanyaan ke- 5 (P 5 ) .

Pertanyaan Apa perbedaan yang mendasar antara pantun, puisi dan sajak? Bolehkah Ketika dibaca memakai iringan musik? Jawaban dari pa Miftah Hadi  Terima kasih pak Saepul

Perbedaan pantun dan puisi

Hal mendasar, Pantun terikat jumlah baris,  sedangkan puisi jumlah barisnya bebas.

Sedangkan sajak adalah puisi Melayu modern yang berbentuk bebas dan tidak terikat

jumlah baris

Dalam membacakan pantun boleh saja diiringi musik. Sekarang ini banyak sekali event perlombaan dendang pantun.

Semoga bermanfaat aamiin yaa robbal  `alamiin.

 

 

 


Komentar

Postingan Populer