Resume ke-     : 18

Gelombang      : 28

Hari / tanggal   : Jumat, 17 Februari 2023

Tema                : Diksi dan Seni Bahasa

Narasumber     : Maydearly

Moderator        : Widya Arema

Bismillahirrohmaanirrohiim. Puji syukur kta panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan berbagai macam nikmat baik nikmat sehat walafiat maupun nikamt yang lainnya. Solawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw kepada keluarganya, para sahabtnya para tabiin dan tak lupa kepada umatnya. Semoga peserta KBMN PGRI gelombang 28 bisa dengan mudan dan lancar membuat tugas resume ke-18 aamiin.

Pertemuan ke-18 KMBN PGRI gelombang 28 digelar melalui Daring Via WA Group dimulai tepat pukul 19.00 WIB. Tema kali ini menusung “Diksi dan Seni Bahasa” akan dibahas secara tuntas  sampai keakar-akarnya dipandu oleh moderator handal dari kota Malang ibu Widya Arema akan mendampingi bapak dan ibu samapai sesi terakhir.

Pembuka diawali dengan pertanyaan dalam Bahasa Sunda Kumaha damang? Dijawab oleh ibu Maydearly Alhamdulillah pengestu. Bapak ibu peserta KBMN PGRI yang hebat silahkan baca CV dari nara sumber kita hari ini.



Bapak ibu yang hebat hari ini kita akan membahas tentang Diksi dan Seni Bahasa

Depinisi Diksi ialah akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles seorang filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

5 jurus dalam diksi 

Bapak ibu peserta KBMN yang hebat Menulis itu sederhana. Sederhana mengaduk-aduk gula dalam gelas kopi, menulis itu yang dirasakan, yang dilihat dan didengarkan oleh kita.Lalu supaya mudah menulis bagaimana? Gunakan 5 panca indra kita yaitu meliputi:

1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat   digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan me

 nyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

 Contoh:

Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi

 2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.

Contoh:

Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan

 3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.

4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh:

Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan.

5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.

Contoh

Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu

 Acap kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.

 Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona dan anggun.

 Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim.

Silahkan Bapak/Ibu menulis sesuatu yang terlihat di hadapan dengan melibatkan kelima panca indera.

 Contoh puisi dari peserta KBMN dari ibu Safrina

Malam ini ku tercenung

Membaca kalimat demi kalimat yang mendayu menyejukkan hati.

Seakan tak kuasa beranjak dari layar kasih penuh makna

Terimakasih sahabatku yang telah memberi ilmu di malam syahdu ini

Setelah mencoba, kita akan yakin, setelah yakin Pasti Bisa

Did you know a true writes is someone that never feeling down. Seberapa sulit hal yang kita hadapi she's never give up. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba.

Seberapa sulit ia menata perasaan nya, she's always create a good idea ia selalu menumbuhkan ide-ide baru

Berikutnya sesi tanya jawab. Alhamdulillah pertanyyaan saya muncul ada di urutan ke dua.

Saepul Hikmah asal Rengasdengklok Karawang

Pertanyaan Diksi dan Puisi tidak bisa dipisahkan, bagaikan sambel dan pedasnya.

Pertanyaan nya apakah Diksi dan Puisi ada pada tatanan akal pikiran?  Bukankah struktur manusia terdiri dari jasad, akal fikiran, fuad, luf dan ruh? Bagaimana cara agar bisa dengan mudah merenda kata sehingga siapapun yang membacanya menggetar dan terpincut hatinya menjadi gundah gulana trimakasih

Jawaban dari nara sumber ibu Maydearly

Terimakasih Pak Saeful, izin saya sedikit jelaskan untuk pertanyaan yang begitu super.

Apakah Diksi dan ada pada tatanan pikiran?

Diksi tak melulu untuk puisi ya Bapak ibu.

Bagaimana Diksi itu bisa masuk dalam pelataran logika, karena logika adalah akal yang digerakan sebuah ruh. Tulisan adalah hasil karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia menapaki kalbu sebagai jejak untuk bersuara.

Suara itu tak melulu tentang ucapan, pula sebuah tulisan dengan segala keindahannya.

Pertanyaan dari Ibu wahyuningsih

Jika menulis adalah my passion, maka membaca adalah my duty. So bagaimana mengolahnya agar 5 panca indera itu tergali? Krn terkadang merasakan saja tidak cukup. Terima kasih

 Terimakasih Ibu Wahyuning

Bagaimana mengolah panca indera agar tergali? Panca indera itu melekat dalam jasad kita, kita tak perlu  perintahkan ia untuk memandu hati kita membuat sebuah tulisan yang indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari kelima panca indera tersebut yang kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah tulisan. Ketika kelima indera itu kita libatkan, maka tak ada tulisan yang biasa.

Pepatah mengatakan menulislah dengan hati

Karena apa? Karena hati mampu menerka indra kita dengan baik

Sobat, bukan suatu kebetulan kita bisa bersama di dalam kelas menulis PGRI ini. Semua ada visi dan misi yang telah dititipkan Sang Maha Esa pada diri kita masing-masing.

Bisa jadi visi dan misi yang sangat besar  yang membuat kita bisa mengubah dunia dengan tulisan kita, atau visi misi paling sederhana membuat kita berguna bagi keluarga, sahabat kita untuk mewarnai lingkungan dengan aura positif.

Tapi dari semua itu ada visi misi terbesar yang di gariskan untuk kita lalui.

       ✍️Menulis membuat kita bahagia...

      ✍️Menulis membuat kita berbeda...

      ✍️Menulis membuat kita   terkenang.

      ✍️Menulis adalah obat paling mujarab untuk kita saat terluka.

      ✍️Hanya dengan menulis membuat kita bisa menjadi diri kita sendiri.

            Jadi sejatinya kita menulis bukan untuk dunia. Tapi..

Semoga pertemuan ini adalah awal tegukan yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan kata,  dan diseduh dengan rasa bahagia untuk terus belajar berprosa. Karena bahasa adalah jembatan antara hujan dan kemarau yang ketika dibubuhi embun ia menjadi pelangi, indah nan elegan.





Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer